Senin, 06 April 2009

Pabrik Biodiesel Segera Beroperasi di OKU Timur


Pabrik biodiesel di Kabupaten OKU Timur segera beroperasi. Diperkirakan, pabrik ini mampu menghasilkan hingga 6 ton biodiesel/hari. Sebelumnya, Kab OKU Timur telah memiliki tiga unit mesin pengolah biji jarak menjadi jatropa crude oil (JCO) yang merupakan bahan baku biodiesel. Tiga unit mesin yang berlokasi di Desa Tuni Jaya,Kec Martapura, ini statusnya masih menjadi milik Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Namun Jumat kemarin, seluruh aset, mulai pengelolaan hingga menghasilkan biodiesel, telah diserahkan kepada Pemkab OKU Timur. Serah terima aset dilakukan Deputi Perkembangan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada Kementerian Negara Riset dan Teknologi Bambang Sajito Pratomosunu yang diterima langsung Bupati OKU Timur H Herman Deru di Pemkab OKU Timur, Martapura.

Menurut Bambang, tiga unit mesin pengolah biji jarak tersebut dibangun menggunakan dana sebesar Rp5 miliar, sementara pembangunan pabrik biodieselnya menelan biaya Rp8,5 miliar. Setiap mesin mampu menghasilkan 2 ton JCO setiap hari atau 6 ton JCO per hari. Kemudian, diolah menjadi 6 ton biodiesel pula setiap hari.

“Untuk mengolah 6 ton JCO setiap hari, diperlukan bahan baku biji jarak sebanyak 18 ton per hari,” terang Bambang. Untuk itu, dalam pemenuhan bahan baku, pihaknya akan memindahkan sekitar 42.000 bibit jarak yang berada di Agro Techno Park, Indralaya. Bibit dengan tinggi lebih 1 meter tersebut, lanjut dia, akan dipindahkan ke sekitar areal mesin dengan lahan sekitar 200 hektare.

Bambang yang didampingi Asisten Deputi Urusan Perkembangan Rekayasa Deputi Bidang Perkembangan Riptek Agus Rusyana Hoetman menilai, kualitas bahan bakar biodiesel tidak kalah dengan solar dari Pertamina karena oktananya sudah teruji. Begitu pula dengan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan solar. “Jika solar harganya R p 4 .400/liter yang telah disubsidi pemerintah,maka untuk biodiesel harganya berkisar Rp 4.300/liter,” jelas Bambang.

Biodiesel ini nanti akan digunakan untuk masyarakat OKU Timur sebagai bahan bakar alat-alat mesin pertanian. Apalagi, OKU Timur ini terkenal sebagai lumbung pangan nasional sehingga konsumsi akan biodiesel menjadi sangat tinggi. Di samping menguntungkan bagi masyarakat OKU Timur, dengan dioperasikannya mesin pabrik biodiesel ini, Bambang yakin mampu menyerap tenaga kerja lokal.

Untuk satu mesin saja, setidaknya diperlukan tenaga kerja untuk memeras jarak antara 3–4 orang. Lalu, untuk pabrik biodiesel mampu menyerap enam tenaga kerja,belum lagi dengan petani dan buruh angkut jarak. Sedangkan untuk operasionalnya, ujar dia, Kementerian Negara Riset dan Teknologi juga menyertakan tenaga ahli yang akan dibantu dari siswa SMK yang berada di sekitar pabrik.

“Petani jarak dapat memanfaatkan lahan,di mana di antara pohon jarak dapat ditanami jagung dan kacangkacangan sehingga dapat menambah penghasilan mereka (petani),”ucapnya seraya menambahkan, mesin dan pabrik ini segera beroperasi pada semester kedua tahun ini.

Sementara itu, Bupati OKU Timur H Herman Deru menyambut baik pelimpahan aset ketiga mesin dan pabrik biodiesel dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi kepada Pemkab OKU Timur. “Selama ini, kita bingung apakah mesin dan pabrik itu aset kita atau bukan,” tandas Bupati.

Namun, sejak kemarin, kata dia,statusnya menjadi jelas setelah semua aset tersebut diserahkan ke Pemkab OKU Timur. Untuk mempercepat beroperasinya ketiga mesin dan pabrik, pihaknya telah membentuk unit pelaksana teknis dinas (UPTD).

“Dalam waktu dekat akan kita uji coba terlebih dahulu,” imbuhnya. Bupati menyatakan, setelah mesin pengolahan biji jarak dan pabrik biodiesel resmi diserahkan ke Pemkab OKU Timur, kini masyarakat mampu membuat, memproduksi, dan menghasilkan sendiri bahan bakar yang dapat digunakan untuk alat-alat mesin pertanian. (m marzuki/SINDO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar